Indonesia merupakan negara yang mutu pendidikannya masih rendah jika
dibandingkan dengan negara-negara lain bahkan sesama anggota negara ASEAN pun
kualita SDM bangsa Indonesia masuk dalam peringkat yang paling rendah.Hal ini
terjadi karena pendidikan di Indonesia belum dapat berfungsi secara
maksimal.Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia harus segera diperbaiki agar
mampu melahirkan generasi yang memiliki keunggulan dalam berbagai bidang supaya
bangsa Indonesia dapat bersaing dengan bangsa lain dan agar tidak semakin
tertinggal karena arus global yang berjalan cepat.
Untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia diperlukan sistem pendidikan yang
responsif terhadap perubahan dan tuntutan zaman.Perbaikan itu dilakukan mulai
dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.Oleh karena
itu, bangsa Indonesia harus menggunakan sistem pendidikan dan pola kebijakan
yang sesuai dengan keadaan Indonesia.
Masa depan suatu bangsa sangat tergantung pada mutu sumber daya manusianya dan
kemampuan peserta didiknya untuk menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Hal
tersebut dapat kita wujudkan melalui pendidikan dalam keluarga, pendidikan
masyarakat maupun pendidikan sekolah.
Saat ini pendidikan sekolah wajib di terima oleh seluruh masyarakat Indonesia,
karena dengan mengenyam pendidikan kita dapat mengikuti arus global dan dapat
mengejar ketertinggalan kita dari bangsa lain. Namun dalam kenyataannya
sekarang ini masih banyak orang yang belum dapat mengenyam pendidikan sekolah
karena faktor ekonomi. Akan tetapi di dalam era global ini, hal tersebut tidak
boleh terjadi karena akan menghambat perkembangan SDM dan bangsa pada umumnya.
Maka dari itu, pemerintah Indonesia harus mengambil kebijakan yang dapat
mengatasi masalah tersebut.
Sistem Pendidikan yang di Anut di Indonesia
Indonesia sekarang menganut sistem pendidikan nasional.Namun, sistem pendidikan
nasional masih belum dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Ada beberapa
sistem di Indonesia yang telah dilaksanakan, di antaranya:
· Sistem Pendidikan Indonesia yang berorientasi pada nilai.
Sistem pendidikan ini
telah diterapkan sejak sekolah dasar.Disini peserta didik diberi pengajaran
kejujuran, tenggang rasa, kedisiplinan, dsb.Nilai ini disampaikan melalui
pelajaran Pkn, bahkan nilai ini juga disampaikan di tingkat pendidikan menengah
dan pendidikan tinggi.
· Indonesia menganut sistem pendidikan terbuka.
Menurut sistem
pendidikan ini, peserta didik di tuntut untuk dapat bersaing dengan teman,
berfikir kreatif dan inovatif
· Sistem pendidikan beragam.
Di Indonesia terdiri
dari beragam suku, bahasa, daerah, budaya, dll.Serta pendidikan Indonesia yang
terdiri dari pendidikan formal, non-formal dan informal.
· Sistem pendidikan yang efisien dalam pengelolaan waktu.
Di dalam KBM, waktu di
atur sedemikian rupa agar peserta didik tidak merasa terbebani dengan materi
pelajaran yang disampaikan karena waktunya terlalu singkat atau sebaliknya.
· Sistem pendidikan yang disesuaikan dengan perubahan zaman.
Dalam sistem ini,
bangsa Indonesia harus menyesuaikan kurikulum dengan keadaan saat ini.Oleh
karena itu, kurikulum di Indonesia sering mengalami perubahan / pergantian dari
waktu ke waktu, hingga sekarang Indonesia menggunakan kurikulum KTSP.
Problem di Bidang
Pendidikan
Problem yang dihadapi bangsa Indonesia di bidang pendidikan mencakup tiga pokok
proble, yaitu:
- a. Pemerataan Pendidikan
Saat ini bangsa Indonesia masih mengalami di bidang pemerataan pendidikan.Hal
tersebut dikarenakan pendidikan di Indonesia hanya dapat dirasakan oleh kaum
menengah ke atas.Agar pendidikan di Indonesia tidak semakin terpuruk, maka
pemerintah harus mengambil kebijakan yang tepat.Misalnya, adanya kebijakan
wajib belajar 9 tahun.Kebijakan ini dilaksanakan dari mulai bangku SD hingga
SMP.Pemerintah membuat kebijakan dengan meratakan tenaga pendidik di setiap
daerah.
1.
b. Biaya pendidikan
Keadaan ekonomi Indonesia yang semakin terpuruk berdampak pula pada pendidikan
di Indonesia.Banyak sekali anak yang tidak dapat mengenyam pendidikan karena
biaya pendidikan yang mahal. Maka dari itu, agar bangsa Indonesia tidak
semakin terbelakang, Pemerintah mulai mengeluarkan dana BOS, yang diberikan
kepada peserta didik di SD dan SMP. Hal tersebut dilakukan dengan membebaskan
biaya SPP atau membuat kebijakan free-school bagi pendidikan dasar.Dengan
dikeluarkan kebijakan tersebut, di harapkan semua pendidikan dapat dirasakan di
semua kalangan masyarakat Indonesia.
1.
c. Kualitas Pendidikan
Selain kedua masalah tersebut, permasalahan
yang paling mendasar adalah masalah mutu pendidikan. Karena sekarang ini
pendidikan kita masih jauh tertinggal jika di bandingkan dengan negara-negara
lain. Hal tersebut di buktikan dengan banyaknya tenaga pendidik yang mengajar
namun tidak sesuai dengan bidangnya.Selain itu, tingkat kejujuran dan
kedisiplinan peserta didik masih rendah. Contohnya: dengan adanya
kecurangan-kecurangan yang dilakukan saat mengikuti Ujian Nasional peserta
didik cenderung pilih mendapat jawaban secara instan, misalnya dengan membeli
jawaban soal UN. Oleh karena itu, mutu pendidikan harus diperbaiki, maka
pemerintah membuat kebijakan yang berupa peningkatan mutu pendidik. Yang
dilakukan dengan cara mengevaluasi ulang tenaga pendidik agar sesuai dengan
syarat untuk menjadi pendidik. Selain itu, pemerintah harus meningkatkan sarana
dan prasarana, misalnya memperbaiki fasilitas gedung, memperbanyak buku,
dll.
Pendidikan sangat penting pengaruhnya bagi suatu bangsa. Tanpa adanya pendidikan,
maka bangsa tersbut akan tertinggal dari bangsa lain. Sepeti halnya juga bangsa
Indonesia, pendidikan merupakan salah satu upaya yang dibutuhkan untuk mengejar
ketertinggalan dari bangsa lain khususnya bangsa-banga ASEAN. Maka pendidikan
Indonesia harus diperbaiki, baik dari segi sistem pendidikan maupun sarana
prasarana.
Indonesia terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi.Saat ini pemerintah mulai memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia
dengan membuat berbagai kebijakan dan merubah sistemnya.Pendidikan Indonesia
saat ini menggunakan sistem nasional yang meliputi sistem terbuka, sistem yang
berorientasi pada nilai, sistem pendidikan yang beragam, sistem pendidikan yang
disesuaikan dengan perubahan zaman dan sistem pendidikan yang efektif dan
efisien.Untuk menjalankan sistem tersebut, pemerintah mengeluarkan sistem wajib
belajar 9 tahun yang ditujukan untuk peserta didik SD dan SMP, adanya
free-school.Perubahan kurikulum dari waktu ke waktu yang disesuaikan dengan keadaan
pendidikan sekarang, memperbaiki sarana-prasarana, mengevaluasi kinerja tenaga
pendidik dll. Dengan adanya upaya pendidikan di Indonesia dapat lebih baik agar
bangsa Indonesia dapat mengimbangi negara lain terutama negara-negara ASEAN.
4 Alasan Mengapa Sistem Pendidikan di Indonesia
Menyedihkan
Alasan ini yang menyebabkan sistem
pendidikan Indonesia kalah dari negara lain
Bintang.com, Jakarta Pendidikan di Indonesia saban hari menjadi polemik. Selain
kurikulum yang sulit, sistem negara ini belum berhasil sepenuhnya mencetak
generasi baik.
Tengok Finlandia. Negara ini diakui
memiliki sistem pendidikan paling keren di dunia dan mencetak generasi bangsa
unggulan serta diakui sejagat.
Setidaknya ada 4 alasan utama kenapa
sistem pendidikan negeri ini jadi menyedihkan.Yuk kita lihat alasannya. Let's
go!
#Akreditasi
Ilustrasi akreditasi |
Via: newcrystalhealth.org
Akreditasi di Finlandia
itu tidak didapat dari pemerintah melainkan masyarakat.Jadi, warga menilai
langsung apakah anak mereka semakin cerdas dan baik di sekolah atau malah
sebaliknya.Akreditasi ini lebih greget karena melibatkan penduduk langsung.
#Kurikulum
Ilustrasi kurikulum
mandiri | Via: sixdollarfamily.com
Di Finlandia, kurikulum
dikemas sesuai keunggulan masing-masing daerah. Di Indonesia hal itu tidak
terjadi.Kurikulum serentak dari pemerintah yang harus ditaati.
Sederhananya, jika kamu
orang Papua asli, mau tak mau harus menelan masakan dari Jawa. Tentu kesulitan,
kan?
#Ujian
Ilustrasi ujian mandiri |
Via: lydiadenworth.com
Di Finlandia, gak ada yang
namanya ujian nasional. Ujian dibuat sesuai hasil proses pembelajaran
masing-masing anak. Sementara di Indonesia hal itu hampir mustahil.
#Standar Nilai
Ilustrasi etika anak |
Via: rosyarachmania.wordpress.com
Di Finlandia tidak ada standar
kecukupan nilai sebab tiap anak berbeda kemampuan menyerap pelajaran.Yang
justru dikembangkan yakni STANDAR ETIKA DAN MORAL.Etika dan moral menjadi
pondasi dasar bangsa kuat, cerdas, serta santun.
No wonder, masih banyak tawuran anak
sekolah di sini, ya. Hiks :(
Ilustrasi tawuran pelajar. Foto:
tribunnews.com
Itu tadi 4 poin penting yang
menjawab pertanyaan kenapa pendidikan di Indonesia sungguh miris.Semoga
pemerintah bisa memperbaikinya, ya.Amin.
TAHUN 2015, DELAPAN KALI PERUBAHAN KURIKULUM
PENDIDIKAN NASIONAL INDONESIA
Budilaksonoputra....
Kurikulum pendidikan Nasional berganti setiap jangka waktu tertentu.Ini
dilakukan untuk memperbaiki pendidikan Nasional.Kurikulum di Indonesia sudah
mengalami perubahan 8 kali.
Perjalanan kurikulum pendidikan nasional yang dimulai sejak tahun 1945 telah beberapa kali mengalami perubahan seperti tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006 dan yang sudah disiapkan oleh Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui Kurikulum Tahun 2013 meski urung diterapkan. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara.
Perjalanan kurikulum pendidikan nasional yang dimulai sejak tahun 1945 telah beberapa kali mengalami perubahan seperti tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006 dan yang sudah disiapkan oleh Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui Kurikulum Tahun 2013 meski urung diterapkan. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara.
Kurikulum sebagai seperangkat
rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan
perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang
berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945. Perbedaanya pada
penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam
merealisasikannya.Perubahan kurikulum tersebut tentu disertai dengan tujuan
pendidikan yang berbeda-beda, karena dalam setiap perubahan tersebut ada suatu
tujuan tertentu yang ingin dicapai untuk memajukan pendidikan nasional
kita.
Perubahan kurikulum di dunia pendidikan Indonesia beserta tujuan yang ingin dicapai dapat diuraikan sebagai berikut:
KURIKULUM 1947
Kurikulum pertama pada masa
kemerdekaan namanya Rencana Pelajaran 1947. Ketika itu penyebutannya lebih
populer menggunakan leer plan (rencana pelajaran) ketimbang istilah curriculum
dalam bahasa Inggris. Rencana Pelajaran 1947 bersifat politis, yang tidak mau
lagi melihat dunia pendidikan masih menerapkan kurikulum Belanda, yang
orientasi pendidikan dan pengajarannya ditujukan untuk kepentingan kolonialis
Belanda.
Asas
pendidikan ditetapkan Pancasila. Situasi perpolitikan dengan gejolak
perang revolusi, maka Rencana Pelajaran 1947, baru diterapkan pada tahun
1950.Oleh karena itu Rencana Pelajaran 1947 sering juga disebut kurikulum
1950.Susunan Rencana Pelajaran 1947 sangat sederhana, hanya memuat dua hal
pokok, yaitu daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, serta garis-garis
besar pengajarannya.Rencana Pelajaran 1947 lebih mengutamakan pendidikan watak,
kesadaran bernegara, dan bermasyarakat, daripada pendidikan pikiran.Materi
pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian,
dan pendidikan jasmani.Mata pelajaran untuk tingkat Sekolah Rakyat ada 16,
khusus di Jawa, Sunda, dan Madura diberikan bahasa daerah. Daftar pelajarannya
adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, Berhitung, Ilmu Alam, Ilmu Hayat, Ilmu
Bumi, Sejarah, Menggambar, Menulis, Seni Suara, Pekerjaan Tangan, Pekerjaan
Keputrian, Gerak Badan, Kebersihan dan Kesehatan, Didikan Budi Pekerti, dan
Pendidikan Agama. Pada awalnya pelajaran agama diberikan mulai kelas IV, namun
sejak 1951 agama juga diajarkan sejak kelas 1.
Garis-garis
besar pengajaran pada saat itu menekankan pada cara guru mengajar dan cara
murid mempelajari. Misalnya, pelajaran bahasa mengajarkan bagaimana cara
bercakap-cakap, membaca, dan menulis. Ilmu Alam mengajarkan bagaimana proses
kejadian sehari-hari, bagaimana mempergunakan berbagai perkakas sederhana
(pompa, timbangan, manfaat bes berani), dan menyelidiki berbagai peristiwa
sehari-hari, misalnya mengapa lokomotif diisi air dan kayu, mengapa nelayan
melaut pada malam hari, dan bagaimana menyambung kabel listrik.
Pada
perkembangannya, rencana pelajaran lebih dirinci lagi setiap pelajarannya, yang
dikenal dengan istilah Rencana Pelajaran Terurai 1952.“Silabus mata
pelajarannya jelas sekali.Seorang guru mengajar satu mata pelajaran”.Pada masa
itu juga dibentuk Kelas Masyarakat yaitu sekolah khusus bagi lulusan SR 6 tahun
yang tidak melanjutkan ke SMP.Kelas masyarakat mengajarkan keterampilan,
seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan.Tujuannya agar anak tak mampu
sekolah ke jenjang SMP, bisa langsung bekerja.
KURIKULUM 1952
Setelah
Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami
penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana Pelajaran Terurai 1952.
Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional.Yang paling
menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana
pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan
sehari-hari.
Di
penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum
1964.Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral
(Pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang
studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan
jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan
fungsional praktis.
KURIKULUM 1964
Usai
tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem
kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964.
Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah
bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik
untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana yang meliputi pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan
moral. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral,
kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmani.
Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional
praktis.
KURIKULUM 1968
Merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya
perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan
jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.Kurikulum 1968
merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara
murni dan konsekuen. Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan
bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila
sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan
jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan
pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan
fisik yang sehat dan kuat.
KURIKULUM 1975
Menekankan
pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif.“Yang melatarbelakangi
adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management by objective)
yang terkenal saat itu.Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam
ProsedurPengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal
istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.
Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional
khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan
evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibikin sibuk menulis rincian
apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.
Pada tahun ini pengajaran matematika
modern resminya dimulai.Model pembelajaran matematika modern ini muncul karena
adanya kemajuan teknologi.Di Amerika Serikat perasaan adanya kekurangan
orang-orang yang mampu menangani senjata, rudal dan roket sangat sedikit,
mendorong munculnya pembaharuan pembelajaran matematika. W. Brownell
mengemukakan bahwa belajar matematika harus merupakan belajar bermakna dan
berpengertian.
Teori Gestalt yang muncul sekitar
tahun 1930, dimana Gestalt menengaskan bahwa latihan hafal adalah sangat
penting dalam pengajaran namun diterapkan setelah tertanam pengertian pada
siswa.Dua hal tersebut di atas memperngaruhi perkembangan pembelajaran
matematika di Indonesia.Berbagai kelemahan seolah nampak jelas, pembelajaran
kurang menekankan pada pengertian, kurang adanya kontinuitas, kurang merangsang
anak untuk ingin tahu, dan lain sebagainya.Ditambah lagi masyarakat dihadapkan
pada kemajuan teknologi. Akhirnya Pemerintah merancang program
pembelajaran yang dapat menutupi kelemanahn-kelemahan tersebut.
Muncul-lah kurikulum 1975 dimana
matematika saat itu mempunyai karakteristik sebagai berikut :a). Membuat
topik-topik dan pendekatan baru. Topik-topik baru yang muncul adalah himpunan,
statistik dan probabilitas, relasi, sistem numerasi kuno, penulisan lambang
bilangan non desimal.b). Pembelajaran lebih menekankan pembelajaran
bermakna dan berpengertian dari pada hafalan dan ketrampilan berhitung. c). Program
matematika sekolah dasar dan sekolah menengah lebih kontinyu. d) Pengenalan
penekanan pembelajaran pada struktur. e).Programnya dapat melayani
kelompok anak-anak yang kemampuannya hetrogen. f). Menggunakan
bahasa yang lebih tepat. g). Pusat pengajaran pada murid tidak pada
guru. h). Metode pembelajaran menggunakan meode menemukan,
memecahkan masalah dan teknik diskusi. i). Pengajaran matematika
lebih hidup dan menarik.
KURIKULUM
1984
Kurikulum
1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses,
tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum
1975 yang disempurnakan”.Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar.Dari
mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan.Model ini
disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming
(SAL). Kurikulum 1984 ini berorientasi kepada tujuan
instruksional.Didasari oleh pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada
siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar
fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau menentukan bahan
ajar, yang pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.
Pembelajaran
matematika pada era 1980-an merupakan gerakan revolusi matematika. Revolusi ini
diawali oleh kekhawatiran negara maju yang akan disusul oleh negara-negara
terbelakang saat itu, seperti Jerman barat, Jepang, Korea, dan Taiwan.
Pengajaran matematika ditandai oleh beberapa hal yaitu adanya kemajuan
teknologi muthakir seperti kalkulator dan komputer.
Perkembangan
matematika di luar negeri tersebut berpengaruh terhadap matematika dalam
negeri.Di dalam negeri, tahun 1984 pemerintah melaunching kurikulum baru, yaitu
kurikulum tahun 1984. Alasan dalam menerapkan kurikulum baru tersebut antara
lain, adanya sarat materi, perbedaan kemajuan pendidikan antar daerah dari segi
teknologi, adanya perbedaan kesenjangan antara program kurikulum di satu pihak
dan pelaksana sekolah serta kebutuhan lapangan dipihak lain, belum sesuainya
materi kurikulum dengan tarap kemampuan anak didik. Dan, CBSA (cara belajar
siswa aktif) menjadi karakter yang begitu melekat erat dalam kurikulum
tersebut.
Dalam
kurikulum ini siswa di sekolah dasar diberi materi aritmatika sosial, sementara
untuk siswa sekolah menengah atas diberi materi baru seperti komputer. Hal lain
yang menjadi perhatian dalam kurikulum tersebut. Langkah-langkah agar
pelaksanaan kurikulum berhasil adalah melakukan hal-hal sebagai berikut;
a). Guru supaya meningkatkan profesinalisme. b). Dalam buku paket
harus dimasukkan kegiatan yang menggunakan kalkulator dan computer.
c). Sinkronisasi dan kesinambungan pembelajaran dari sekolah dasar dan
sekolah lanjutan. d). Pengevaluasian hasil pembelajaran. e). Prinsip
CBSA di pelihara terus
KURIKULUM
1994
Kurikulum
1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan
Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini
berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari
sistem semester ke sistem caturwulan.Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya
dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi
siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak. Tujuan pengajaran
menekankan pada pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan
pemecahan masalah..Tahun 90-an kegiatan olimpiade matematika internasional
begitu marak. Sampai tahun 1977 saja sudah 19 kali diselenggarakan olimpiade
matematika internasional. Saat itu Yugoslavia menjadi tuan rumah pelaksanaan
olimpiade, dan yang berhasil mendulang medali adalah Amerika, Rusia, Inggris,
Hongaria, dan Belanda.
Indonesia
tidak ketinggalan dalam pentas olimpiade tersebut namun jarang mendulang
medali.Keprihatinan tersebut diperparah dengan kondisi lulusan yang kurang siap
dalam kancah kehidupan. Para lulusan kurang mampu dalam menyelesaikan
problem-problem kehidupan dan lain sebagainya. Dengan dasar inilah pemerintah
berusaha mengembangkan kurikulum baru yang mampu membekali siswa berkaitan
dengan problem-solving kehidupan.Lahirlah kurikulum tahun 1994.
Dalam
kurikulm tahun 1994, pembelajaran matematika mempunyai karakter yang khas,
struktur materi sudah disesuaikan dengan psikologi perkembangan anak, materi
keahlian seperti komputer semakin mendalam, model-model pembelajaran matematika
kehidupan disajikan dalam berbagai pokok bahasan. Intinya pembelajaran
matematika saat itu mengedepankan tekstual materi namun tidak melupakan hal-hal
kontekstual yang berkaitan dengan materi. Soal cerita menjadi sajian
menarik disetiap akhir pokok bahasan, hal ini diberikan dengan pertimbangan
agar siswa mampu menyelesaikan permasalahan kehidupan yang dihadapi
sehari-hari.
KURIKULUM
2004
Kurikukum
2004 ini lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).Pendidikan
berbasis kompetensi menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan
(kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar performance yang telah
ditetapkan. Competency Based Education is education geared toward preparing
indivisuals to perform identified competencies (Scharg dalam Hamalik, 2000:
89). Hal ini mengandung arti bahwa pendidikan mengacu pada upaya penyiapan
individu yang mampu melakukan perangkat kompetensi yang telah
ditentukan.Implikasinya adalah perlu dikembangkan suatu kurikulum berbasis
kompetensi sebagai pedoman pembelajaran.
Kurikulum
Berbasis Kompetensi berorientasi pada:
A). Hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik
melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna. B). Keberagaman yang
dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya. Tujuan yang ingin dicapai
menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun
klasikal.
Tahun
2004 pemerintah melaunching kurikulum baru dengan nama kurikulum berbasis
kompetesi. Secara khusus model pembelajaran matematika dalam kurikulum tersebut
mempunyai tujuan antara lain; A). Melatih cara berfikir dan
bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan,
eksplorasi, eksperimen, menunjukkankesamaan, perbedaan, konsistensi dan
inkonsistensi B). Mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan
imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan divergen, orisinil, rasa
ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.C). Mengembangkan
kemampuan memecahkan masalah. D). Mengembangkan kemapuan
menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui
pembicaraan lisan, catatan, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
KURIKULUM
2006
Kurikulum 2006 ini dikenal dengan
sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).Awal 2006 ujicoba KBK
dihentikan, muncullah KTSP. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target
kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak
perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru
lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan
lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini
disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar
kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap
satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.Jadi
pengambangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian
merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan
supervisi pemerintah Kabupaten/Kota.( Sumber : Kedaulatan Rakyat )
Perkembangan Kurikulum di Indonesia
Praktisi pendidikan, Romo Benny
Susetyo, mengatakan bahwa jika pemerintah berniat untuk memperbaiki kualitas
pendidikan di Indonesia maka sebaiknya peningkatan kualitas guru menjadi target
utama yang dilakukan bukan malah merombak secara keseluruhan kurikulum yang
belum sepenuhnya mencapai tujuan.
"Yang pertama itu benahi guru bukan malah mengutak-atik kurikulum.Saya rasa pemerintah juga tahu kalau hampir 80 persen guru di Indonesia kualitasnya masih rendah," kata Benny, saat jumpa pers di Kantor Indonesia Corruption Watch (ICW), Jalan Kalibata Timur, Jakarta, Rabu (5/12/2012).
Ia menyayangkan bahwa peningkatan kualitas guru yang harusnya menjadi prioritas justru dikesampingkan oleh pemerintah. Hal ini terbukti dengan sedikitnya pelatihan yang diterima oleh para guru di seluruh Indonesia.Padahal semestinya pelatihan yang berfungsi untuk memperbaiki kualitas guru ini dilaksanakan secara berkala.
"Harusnya kan pelatihannya rutin.Ini guru sudah bertahun-tahun hanya sekali melakukan training," ujar Benny.
Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Retno Listyarti, membenarkan bahwa pemerintah tidak pernah sungguh-sungguh meningkatkan kualitas guru.Ini terbukti dari survei yang dilakukan pihaknya pada guru-guru yang tersebar di 20 daerah.Dari survei tersebut, sebanyak 62 persen guru Sekolah Dasar (SD) tidak pernah mendapat pelatihan.
"Bayangkan saja itu.Padahal perubahan kurikulum paling besar ada di tingkat dasar.Tapi pelatihannya justru paling minim," jelas Retno.
"Minimnya pelatihan ini jugaa terbukti, guru di daerah pelosok sudah 33 tahun tidak pernah ikut pelatihan.Untuk kota besar, rata-rata dalam lima tahun hanya sekali pelatihan," imbuhnya.
Sementara itu, Uji Kompetensi Guru (UKG) yang selalu disebut oleh pemerintah sebagai salah satu instrumen peningkatan kualitas guru tidak memiliki dampak yang signifikan.Menurutnya, UKG sendiri hanya sekadar menegaskan dan memperjelas bahwa kualitas guru di Indonesia memang masih rendah.
"Jadi bukan terus menjadi solusi dan langkah untuk peningkatan kualitas guru.Jatuhnya hanya membenarkan bahwa kualitas guru di Indonesia memang banyak yang rendah," ungkapnya.
Beberapa waktu lalu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh, mengatakan bahwa guru yang mengikuti kurikulum bukan sebaliknya. Pasalnya, jika menunggu peningkatan kualitas guru maka tak akan ada perubahan kurikulum yang harusnya terjadi mengikuti perkembangan zaman.
"Bukan kurikulum yang menyesuaikan guru tapi sebaliknya.Kalau menunggu guru, mau kapan kurikulum diubah sedangkan perkembangan zaman tidak menunggu," ujar Nuh.
"Yang pertama itu benahi guru bukan malah mengutak-atik kurikulum.Saya rasa pemerintah juga tahu kalau hampir 80 persen guru di Indonesia kualitasnya masih rendah," kata Benny, saat jumpa pers di Kantor Indonesia Corruption Watch (ICW), Jalan Kalibata Timur, Jakarta, Rabu (5/12/2012).
Ia menyayangkan bahwa peningkatan kualitas guru yang harusnya menjadi prioritas justru dikesampingkan oleh pemerintah. Hal ini terbukti dengan sedikitnya pelatihan yang diterima oleh para guru di seluruh Indonesia.Padahal semestinya pelatihan yang berfungsi untuk memperbaiki kualitas guru ini dilaksanakan secara berkala.
"Harusnya kan pelatihannya rutin.Ini guru sudah bertahun-tahun hanya sekali melakukan training," ujar Benny.
Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Retno Listyarti, membenarkan bahwa pemerintah tidak pernah sungguh-sungguh meningkatkan kualitas guru.Ini terbukti dari survei yang dilakukan pihaknya pada guru-guru yang tersebar di 20 daerah.Dari survei tersebut, sebanyak 62 persen guru Sekolah Dasar (SD) tidak pernah mendapat pelatihan.
"Bayangkan saja itu.Padahal perubahan kurikulum paling besar ada di tingkat dasar.Tapi pelatihannya justru paling minim," jelas Retno.
"Minimnya pelatihan ini jugaa terbukti, guru di daerah pelosok sudah 33 tahun tidak pernah ikut pelatihan.Untuk kota besar, rata-rata dalam lima tahun hanya sekali pelatihan," imbuhnya.
Sementara itu, Uji Kompetensi Guru (UKG) yang selalu disebut oleh pemerintah sebagai salah satu instrumen peningkatan kualitas guru tidak memiliki dampak yang signifikan.Menurutnya, UKG sendiri hanya sekadar menegaskan dan memperjelas bahwa kualitas guru di Indonesia memang masih rendah.
"Jadi bukan terus menjadi solusi dan langkah untuk peningkatan kualitas guru.Jatuhnya hanya membenarkan bahwa kualitas guru di Indonesia memang banyak yang rendah," ungkapnya.
Beberapa waktu lalu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh, mengatakan bahwa guru yang mengikuti kurikulum bukan sebaliknya. Pasalnya, jika menunggu peningkatan kualitas guru maka tak akan ada perubahan kurikulum yang harusnya terjadi mengikuti perkembangan zaman.
"Bukan kurikulum yang menyesuaikan guru tapi sebaliknya.Kalau menunggu guru, mau kapan kurikulum diubah sedangkan perkembangan zaman tidak menunggu," ujar Nuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar